Mahasiswa Lamongan – Sebanyak 250 peserta dari berbagai kelompok usia ambil bagian dalam Lomba Desain Batik yang digelar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lamongan. Kegiatan tersebut resmi dibuka pada Selasa (16/09/2025) di Pendopo Lokatantra.
Ketua Panitia Lomba Desain Batik, Anang Taufik, menjelaskan bahwa jumlah peserta tahun ini mengalami peningkatan. Dari total 250 peserta, terdiri atas 54 peserta kategori umum (yang kini sudah dikerucutkan menjadi 15 besar), 57 peserta kategori SD/MI, serta 139 peserta kategori SMP/MTs.
Untuk pelaksanaannya, peserta kategori SD/MI dan SMP/MTs akan mengikuti lomba di Pendopo Lokatantra, sementara kategori umum digelar di Kantor PKK Lamongan.
“Alhamdulillah tahun ini pesertanya bertambah banyak, hal ini menandakan antusiasme anak-anak di Lamongan juga semakin tinggi. Nanti awarding akan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober mendatang,” ungkap Anang.
Proses penilaian karya para peserta mencakup beberapa aspek, mulai dari ide, estetika, komposisi warna, kesesuaian, keharmonisan, hingga penerapan teknik menempel kain. Tiga dewan juri yang terlibat adalah Lintu Tulistyantoro (Ketua Komunitas Batik Jawa Timur), Umbar (Pelaku Batik), dan Istiqomah (Desainer).
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kabupaten Lamongan, Anis Kartika Yuhronur Efendi, yang hadir membuka lomba menyampaikan bahwa ajang ini rutin digelar setiap tahun. Tujuannya, selain menumbuhkan kreativitas generasi Lamongan, juga untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan batik sebagai warisan budaya.
“Dekranasda Kabupaten Lamongan setiap tahun mengadakan lomba desain batik. Harapannya, generasi muda kita semakin kreatif sekaligus mencintai batik khas Lamongan,” tutur Anis.
Lebih lanjut, Anis menambahkan bahwa karya-karya pemenang nantinya tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi akan diimplementasikan langsung ke kain sebagai bagian dari batik khas Lamongan.
Dengan mengusung tema makanan dan wisata, seluruh peserta diminta mengaplikasikan teknik membatik yang sebelumnya sudah dipelajari saat workshop. Dengan demikian, hasil karya batik tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga fungsi yang kuat.











