Kegiatan

Aliansi BEM Surabaya Jadikan Momen Sumpah Pemuda untuk Konsolidasi Gerakan Mahasiswa

×

Aliansi BEM Surabaya Jadikan Momen Sumpah Pemuda untuk Konsolidasi Gerakan Mahasiswa

Sebarkan artikel ini
Aliansi BEM Surabaya Jadikan Momen Sumpah Pemuda untuk Konsolidasi Gerakan Mahasiswa
Aliansi BEM Surabaya jadikan momen Sumpah Pemuda untuk konsolidasi gerakan mahasiswa. (Dok. istimewa).

Mahasiswa Lamongan – Momen peringatan Sumpah Pemuda dimaknai sebagai ruang refleksi dan konsolidasi gerakan mahasiswa di Jawa Timur. Dalam semangat itu, Aliansi BEM Surabaya menggelar serangkaian kegiatan di Attawhid Tower Universitas Muhammadiyah Surabaya pada 31 Oktober hingga 1 November 2025.

Kegiatan tersebut mencakup pengukuhan kepengurusan baru, peluncuran buku “Reformasi Belum Usai”, rapat kerja, hingga simposium yang dihadiri oleh perwakilan BEM dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Tulungagung, dan Pasuruan.

Koordinator Umum Aliansi BEM Surabaya, Nasrawi, menyampaikan bahwa Surabaya bukan hanya menjadi pusat pergerakan mahasiswa di Jawa Timur, tetapi juga ruang tumbuhnya gagasan dan kolaborasi antar kampus.

“Aliansi BEM Surabaya adalah wadah, rumah, sekaligus ruang berproses bagi mahasiswa lintas kampus. Surabaya telah menjadi episentrum gerakan mahasiswa di Jawa Timur—tempat lahirnya gagasan, kolaborasi, dan keberanian untuk bersuara. Apalagi Surabaya dijuluki sebagai Kota Pahlawan,” ujar Nasrawi, Sabtu (01/11/2025).

Menurutnya, pengukuhan formatur kepengurusan baru merupakan langkah strategis untuk memperkuat arah dan struktur gerakan mahasiswa. Susunan tersebut melibatkan sejumlah presiden mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya.

“Kepengurusan ini adalah barisan nilai dan tanggung jawab moral mahasiswa Surabaya dalam mengawal arah demokrasi dan masa depan bangsa,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Nasrawi juga memaparkan gagasan dari bukunya yang berjudul “Reformasi: Belum Usai”. Buku tersebut menyoroti perjalanan demokrasi Indonesia pascareformasi 1998 serta menekankan pentingnya menjaga etika publik dalam kehidupan berbangsa.

“Rasionalitas sejati lahir dari ruang publik yang bebas dan kritis. Maka, tugas kita sebagai mahasiswa bukan hanya menjaga warisan reformasi, tetapi juga menyehatkan kembali nalar bangsa yang sedang sakit,” tuturnya.

Gerakan mahasiswa juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Jawa Timur, M. Hadi Wawan Guntoro, menilai bahwa semangat intelektual muda tetap relevan untuk menjawab persoalan kebangsaan masa kini.

“Semangat Sumpah Pemuda tidak boleh berhenti di seremoni. Ia harus hidup dalam kolaborasi nyata antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat,” ujarnya.

Sebagai penutup, kegiatan tersebut menghadirkan simposium bersama tokoh legislatif Kota Surabaya. Forum itu menekankan pentingnya gerakan mahasiswa yang berlandaskan nilai dan aksi nyata.

“Kritik tanpa aksi adalah kehilangan arah, tetapi aksi tanpa nilai juga kehilangan makna,” ungkap Muhammad Syaifuddin, Anggota DPRD Surabaya.