News

Kasus DBD di Lamongan Naik Jadi 671, Anak-Anak Paling Rentan Terinfeksi

×

Kasus DBD di Lamongan Naik Jadi 671, Anak-Anak Paling Rentan Terinfeksi

Sebarkan artikel ini
Kasus DBD di Lamongan Naik Jadi 671, Anak-Anak Paling Rentan Terinfeksi
Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD. (Dok. halosehat.com).

Mahasiswa Lamongan – Selama enam bulan pertama tahun 2025, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lamongan mengalami lonjakan cukup signifikan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan setempat, hingga akhir Juni tercatat sebanyak 671 kasus DBD, meningkat dari 553 kasus pada periode yang sama tahun lalu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Lamongan, Mafidhatul Laely, mengungkapkan bahwa dari total kasus tersebut, 334 pasien adalah laki-laki dan 337 lainnya perempuan.

Ia juga menegaskan bahwa anak-anak masih menjadi kelompok usia paling rentan terserang penyakit yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini.

“Daya tahan tubuh anak-anak yang belum sekuat orang dewasa membuat mereka lebih mudah terinfeksi,” ujar Laely pada Selasa (15/07/2025).

Laely menambahkan, cuaca yang tak menentu dan perubahan musim yang ekstrem, terutama selama pancaroba antara April hingga Juni, menjadi faktor pemicu meningkatnya penyebaran DBD.

“Dalam tiga bulan itu saja, tercatat ada tambahan 238 kasus baru,” ucapnya. Ia juga menyebut Kecamatan Brondong dan Solokuro sebagai dua wilayah dengan jumlah kasus tertinggi.

Selain faktor cuaca, kondisi lingkungan yang kurang bersih ikut memperparah penyebaran nyamuk pembawa virus DBD. Banyak pemukiman yang masih ditemukan genangan air, baik di selokan, pot bunga, maupun area kebun yang tak terurus.

“Hal ini menunjukkan bahwa gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih belum berjalan optimal. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan pun perlu terus didorong,” jelas Laely.

Melihat tren peningkatan kasus ini, Dinas Kesehatan Lamongan kembali mengimbau masyarakat untuk lebih aktif dalam mencegah penyebaran DBD. Laely menekankan bahwa pola hidup bersih dan sehat, serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar, menjadi langkah utama yang harus dijalankan.

“Menguras, menutup, dan mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air harus dilakukan secara rutin. Jangan hanya mengandalkan petugas, pemberantasan sarang nyamuk sebaiknya dimulai dari rumah masing-masing,” ujarnya.

Sebagai langkah tanggap, Dinas Kesehatan juga meningkatkan kegiatan sosialisasi di daerah rawan dan melakukan fogging di kawasan endemis. Meski begitu, Laely mengingatkan bahwa fogging hanyalah solusi sementara.

“Tanpa dibarengi dengan PSN secara mandiri, fogging tidak akan efektif jangka panjang. Maka dari itu, partisipasi aktif warga sangat dibutuhkan,” tandasnya.