Mahasiswa Lamongan – Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Cabang Lamongan bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang mengadakan pelatihan keterampilan digital bagi penyandang disabilitas tunanetra. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lamongan pada Minggu, 22 Juni 2025.
Pelatihan ini digelar dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam menggunakan teknologi digital, khususnya aplikasi pembaca layar (screen reader) yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Dengan keterampilan ini, para tunanetra diharapkan dapat lebih percaya diri bersaing di dunia pendidikan maupun dunia kerja.
Ketua panitia, Fitri Rizky Barokah, menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan menggunakan fitur teknologi yang sering terlewatkan, seperti pembaca layar dan fitur deskripsi gambar.
“Alhamdulillah, antusiasme peserta sangat tinggi. Bahkan setelah kuota terpenuhi, masih banyak yang ingin ikut serta,” ujar Fitri.
Sebanyak 32 peserta dari wilayah Lamongan mengikuti kegiatan ini. Mereka mendapatkan pelatihan khusus mengenai teknologi AI yang mampu membaca layar dan menggambarkan visual seperti foto, stiker, dan video. Harapannya, kemampuan ini dapat menunjang kemandirian dan daya saing mereka di era digital.
Rahmat, dosen dari FISIP Universitas Brawijaya Malang, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Ia menekankan pentingnya pelatihan ini agar para tunanetra tidak tertinggal oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi.
“Kami bekerja sama dengan DPC Pertuni Lamongan untuk menyelenggarakan pelatihan digital skill ini. Kendalanya mungkin ada pada jumlah relawan yang terbatas, sehingga mobilitas dan koordinasi menjadi tantangan tersendiri,” ungkap Rahmat.
Menurutnya, meskipun fitur pembaca layar sudah tersedia di banyak perangkat seperti Android dan iPhone, masih banyak pengguna tunanetra yang belum memahami cara optimal menggunakannya. Pelatihan ini menjadi sarana penting untuk mengeksplorasi fitur-fitur tersebut secara praktis.
Salah satu peserta pelatihan, Fera, mengaku tidak mengalami kendala dalam penggunaan screen reader versi terbaru. “Hanya ada sedikit masalah saat instalasi karena proteksi Google di HP saya aktif. Tapi secara umum, pelatihan ini sangat bermanfaat,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa kemampuan screen reader kini jauh lebih canggih dibanding sebelumnya, terutama dalam mendeteksi gambar dan fitur-fitur tambahan lainnya.
“Saya berharap, pelatihan seperti ini terus berlanjut agar teman-teman tunanetra bisa lebih mandiri dan adaptif di era teknologi,” pungkasnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari rangkaian program pemberdayaan digital bagi tunanetra di Lamongan, agar mereka dapat semakin berdaya dan aktif berpartisipasi dalam masyarakat berbasis teknologi.











