Mahasiswa Lamongan – Anomali cuaca yang melanda wilayah selatan Kabupaten Lamongan membuat para petani kebingungan menentukan langkah tanam. Biasanya, di akhir bulan Juni cuaca sudah mulai mengering, namun tahun ini hujan masih terus mengguyur sawah-sawah mereka.
Kondisi ini sangat dirasakan oleh para petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Mantup. Jika pada musim-musim sebelumnya mereka kompak menanam kangkung setelah panen padi di musim tanam kedua, kini pola tersebut mulai berubah. Para petani memilih untuk mengambil keputusan berbeda-beda, tergantung kondisi lahan dan keyakinan masing-masing.
Sebagian petani tetap memilih menanam padi karena curah hujan yang tinggi menyebabkan sawah mereka tergenang. Salah satunya adalah Ucok, petani asal Dusun Sidomoro. Ia mengaku memilih kembali menanam padi karena air di sawahnya tidak kunjung surut.
“Sawahku airnya ndak habis-habis. Kalau dipaksakan tanam kangkung, takutnya malah ndak bisa tumbuh dengan baik,” ujar Ucok, Sabtu (28/06/2025).
Menurut Ucok, ada pula petani yang mencoba menanam tembakau. Namun, hasilnya tidak bisa diharapkan karena kondisi tanah yang terlalu basah kurang cocok untuk tanaman tersebut. “Sebagian ada yang coba tanam tembakau, tetapi ya gitu, pertumbuhannya kurang bagus,” tambahnya.
Ucok mengatakan bahwa cuaca yang tidak menentu membuat semua keputusan terasa seperti berjudi. Prakiraan dari BMKG memang menyebut hujan masih akan terjadi hingga Agustus, namun tidak dijelaskan secara rinci wilayah mana yang akan terdampak. Hal ini membuat petani semakin sulit menentukan strategi yang tepat.
“Kalau kondisi seperti ini ya yang penting yakin aja. Karena kan sama-sama ndak tahu ke depan gimana. Anggap saja tahun ini seperti perjudian,” tuturnya.
Sementara itu, Ratin, petani dari Dusun Ngaglik, memilih untuk tidak menaruh seluruh harapan pada satu jenis tanaman saja. Ia membagi lahannya untuk dua komoditas sekaligus, yakni padi dan kangkung. Strategi ini ia tempuh demi meminimalkan risiko gagal panen akibat cuaca yang tidak bisa diprediksi.
“Sebagian saya tanami padi, sebagian lagi kangkung,” ujar Ratin singkat.
Fenomena anomali cuaca ini menjadi bukti nyata bahwa sektor pertanian makin rentan terhadap perubahan iklim. Pola tanam yang selama ini bisa diandalkan kini harus disesuaikan, memaksa petani di Kabupaten Lamongan berpikir cepat dan mengambil risiko besar demi keberlangsungan hasil panen.











