Mahasiswa Lamongan – Tiga siswi SMAN 1 Lamongan, yakni Natasya Eka Amelia, Marsha Nairah Fitma Raihana, dan Auliyah Nailal Husna, berhasil mengembangkan penelitian inovatif tentang pemanfaatan ekstrak daun kelakai dan ketapang untuk meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan bandeng (nener).
Gagasan ini berangkat dari keresahan mereka melihat kenyataan di lapangan. Meskipun bandeng cukup mudah ditemui di Lamongan, nener yang ditebar di tambak kerap tidak semuanya bertahan hidup. Banyak yang mati karena petambak kurang memperhatikan masa aklimatisasi, sehingga nener kesulitan beradaptasi dengan perbedaan suhu, pH, maupun salinitas air.
Untuk menjawab permasalahan itu, Natasya dan kawan-kawan melakukan penelitian dengan menambahkan ekstrak daun kelakai dan ketapang pada media hidup nener.
Daun kelakai diketahui mengandung flavonoid, tanin, dan saponin yang berfungsi sebagai imunostimulan sekaligus antimikroba bagi benih ikan. Sementara daun ketapang membantu menjaga kualitas air, menurunkan pH, serta memiliki kandungan antibakteri alami.
“Alhamdulillah kita dibimbing pembina ekstra, bahkan difasilitasi uji kualitas air oleh dinas terkait. Itu sangat membantu,” ungkap Natasya, siswi kelas XI.
Proses pembuatan ekstrak sendiri cukup panjang. Menurut Auliyah, daun kelakai dan ketapang harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dihaluskan, diseduh dengan air panas, lalu disaring. Ekstrak yang dihasilkan dicampurkan ke dalam air dengan takaran tertentu untuk membantu kelangsungan hidup benih bandeng di air tawar.
Penelitian ini diberi judul “Optimistis Survival Rate Benih Ikan Bandeng selama Aklimatisasi Daun Kelakai dan Daun Ketapang.” Melalui karya tersebut, tim ini berhasil mengoleksi sejumlah prestasi. Tahun lalu mereka meraih medali perak pada Online Science Project Competition (OSPC) yang digelar Fakultas Sains dan Analisis Data ITS.
Tak berhenti di situ, bulan lalu mereka juga keluar sebagai juara pertama Lomba Karya Ilmiah Agroindustrial Week Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) yang diikuti pelajar SMA sederajat se-Indonesia. Berkat kemenangan tersebut, ketiganya mendapat kesempatan kuliah di UISI tanpa melalui tes.
Marsha menjelaskan, kompetisi di UISI berlangsung secara offline, sehingga mereka harus menyiapkan prototype yang lebih sempurna sekaligus melakukan presentasi detail di hadapan dewan juri.
“Yang paling lama justru membuat ekstraknya. Presentasi juga butuh penjelasan lebih rinci agar juri benar-benar paham,” ucapnya.
Kini, karya 3 pelajar SMAN 1 Lamongan tersebut kembali melangkah lebih jauh setelah lolos seleksi proposal tingkat nasional Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Prestasi demi prestasi ini menjadi bukti semangat Natasya, Marsha, dan Auliyah untuk terus mencari tantangan baru di dunia penelitian.











