Prestasi

Prof. Dessy Harisanty, Putri Lamongan yang Jadi Guru Besar Muda Unair

×

Prof. Dessy Harisanty, Putri Lamongan yang Jadi Guru Besar Muda Unair

Sebarkan artikel ini
Prof. Dessy Harisanty, Putri Lamongan yang Jadi Guru Besar Muda Unair
Prof. Dessy Harisanty. (Dok. istimewa).

Mahasiswa Lamongan – Prof. Dr. Dessy Harisanty, S.Sos., M.A., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Perilaku Informasi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (Unair), Rabu (29/10/2025). Pencapaian tersebut menjadi momen bersejarah sekaligus kebanggaan tersendiri, mengingat ia meraih jabatan akademik tertinggi di usia yang relatif muda.

Sebagai akademisi sekaligus penggerak literasi, Prof. Dessy Harisanty telah lama menunjukkan dedikasinya dalam pengembangan dunia pengetahuan. Selain aktif di lingkungan kampus, ia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kerja Sama, Pengembangan, dan Pengkajian Gemar Membaca (GPMB) Jawa Timur.

Kiprahnya di dunia literasi dan digital membuatnya dikenal sebagai sosok yang konsisten menggerakkan masyarakat untuk gemar membaca dan berpikir kritis.

Putri asli Lamongan ini membuktikan bahwa perjalanan menuju puncak karier akademik bukanlah hal yang mudah, namun bisa dicapai dengan kerja keras dan komitmen. Sebagai aktivis literasi dan penggerak digital di Jawa Timur, Prof. Dessy menjadi inspirasi bagi banyak pihak yang ingin memajukan ekosistem literasi di daerahnya.

Ketua GPMB Jawa Timur, Bambang Prakoso, turut menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian tersebut. “Kita bersyukur, Prof. Dessy telah sah dikukuhkan jadi profesor dengan kepakaran di bidang ilmu perilaku informasi. Nantinya, ilmu itu bisa diaktualisasikan ke masyarakat Jawa Timur dengan tagline kita selama ini, bahwa membangun ekosistem literasi, Jatim sebagai episentrum dan kiblat literasi nasional,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).

Pengukuhan ini tak hanya menandai pencapaian pribadi Prof. Dessy, tetapi juga memperkuat semangat GPMB Jawa Timur untuk terus bergerak lebih masif dalam membangun budaya literasi di berbagai lapisan masyarakat.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dessy menyoroti perkembangan perilaku informasi di era digital. Ia menjelaskan bahwa cara masyarakat menerima dan memproduksi informasi kini mengalami pergeseran signifikan.

“Dulu masyarakat kita hanya sebagai penerima informasi, namun sekarang mengalami pergeseran menjadi masyarakat prosumer. Artinya, masyarakat tidak hanya menerima informasi, tetapi juga memproduksi informasi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Prof. Dessy menekankan pentingnya literasi kritis dan etika informasi dalam menghadapi derasnya arus data dan opini di dunia digital.

“Literasi kritis bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi memahami makna di balik teks. Sedangkan, etika informasi adalah pagar moral, yang mengajarkan kita untuk menghormati privasi, orisinalitas, dan bertanggung jawab atas dampak sosial setiap unggahan,” tuturnya.

Pemikiran tersebut menunjukkan kedalaman refleksi Prof. Dessy terhadap peran penting literasi di tengah transformasi digital yang cepat. Ia percaya bahwa literasi kritis dan etika informasi harus menjadi fondasi dalam membangun masyarakat yang cerdas, bijak, dan berintegritas.

Keberhasilan Prof. Dessy sebagai akademisi sekaligus aktivis literasi menjadi bukti nyata bahwa dunia akademik dan gerakan sosial dapat berjalan beriringan. Pengukuhannya sebagai guru besar bukan hanya kebanggaan pribadi, tetapi juga sebuah tonggak penting bagi GPMB Jawa Timur yang terus memperkuat perannya dalam membangun ekosistem literasi di provinsi ini.