Mahasiswa Lamongan – Detak Pustaka kembali menghadirkan episode terbaru dari podcast unggulannya, Kataloka, dengan tema yang menggugah: “Narasi Jiwa: Menulis yang Menghidupkan”.
Dalam podcast Detak Pustaka yang tayang pada Kamis (03/07/2025) ini, Kataloka mengundang Muhammad Lutfi Hasrah, seorang penulis buku Analogi Gen-Z dan Eksistensialisme di Antara Aku, Tuhan, dan Dunia.
Dalam perbincangan yang dipandu oleh Ayu Nosa sebagai host, Lutfi mengungkapkan bahwa menulis baginya lahir dari keresahan. Ia menceritakan awal mula menulis yang dimulai dari catatan harian di media sosial hingga berkembang menjadi karya-karya panjang yang akhirnya diterbitkan dalam bentuk buku.
Lutfi menjelaskan bahwa keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas sangat penting dalam proses berkarya. Ia menekankan bahwa tulisan yang baik harus mengetuk hati pembaca, bukan hanya sekadar memuaskan logika semata.
“Saya meyakini bahwa tulisan yang menghidupkan adalah tulisan yang tidak hanya masuk ke pikiran, tetapi juga mengetuk hati,” jelas Lutfi.
Dalam hal ini, menulis menjadi bentuk zikir dan tafakur, sebuah praktik spiritual yang nyata meski tidak formal. “Saat saya menulis itu merasa sedang bermeditasi,” ungkapnya.
Lutfi juga berbagi pengalaman bagaimana tulisan-tulisannya memberi dampak positif bagi pembaca, seperti membantu seseorang berdamai dengan kehilangan orang tua. Ia menilai bahwa tulisan adalah medium penyembuhan yang menyampaikan energi dan karunia dari Tuhan.
Dalam menjaga kepekaan dan empati, Lutfi berusaha selalu jujur terhadap apa yang dirasakan dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas, termasuk suara-suara yang terpinggirkan.
“Saya berusaha untuk selalu jujur pada apa yang saya rasakan saat menulis,” tegasnya.
Ia mengajak para penulis untuk menulis dengan kejujuran, meskipun tantangan seperti kemalasan, rasa takut, dan titik jenuh kerap muncul.
Sebagai inspirasi, Lutfi menyebutkan bahwa sosok junjungan Nabi Muhammad SAW menjadi teladan dalam menulis dan menyampaikan kebenaran dengan penuh kejujuran dan ketulusan.











